Responsive Ads Here


 

BERITA TERHANGAT




Batam : Pasien cuci darah inisial EZ atau yang dalam istilah medisnya disebut sebagai Hemodialisa (HD) rujukan dari RSUD (EF) Batam ke salah satu klinik yang berpraktek di wilayah Kecamatan Sagulung, keluhkan sistem pelayanan yang menurutnya jauh dari standar kelayakan, atau Standar Operasional Prosedur (SOP) untuk pasien cuci darah.



Kepada wartawan tim media Group, Minggu 14/09/2025, pasien cuci darah inisial EZ menyampaikan, ia sudah menjadi pasien cuci darah rujukan RSUD Embung Fatimah ke salah satu klinik di Sagulung tersebut. 



Namun selama menjadi pasien cuci darah di klinik tersebut, EZ merasa sistem pelayanan terhadap pasien cuci darah disana, jauh dari kelayakan dan Standar Operasional Prosedur terhadap pasien cuci darah. 



Menurutnya setiap kali menjalani perawatan disana, ia selalu ditangani oleh tenaga perawat yang selalu berganti-ganti. Bahkan EZ mengatakan tenaga perawat yang melakukan penanganan terhadap pasien, tidak pernah didampingi dokter pendamping.



"Saya sebagai pasien cuci darah disana sudah sekitar satu tahun. Yang saya rasakan untuk pasien gagal ginjal atau pasien cuci darah seperti kami ini, tidak pernah ditangani dengan didampingi oleh dokter pendamping," jelas EZ.



Sambungnya, "Bahkan perawat yang menangani, saya duga adalah perawat free line yang didatangkan dari berbagai Rumah Sakit. Kenapa hal ini saya katakan? Karena orangnya atau perawatnya selalu berganti-ganti," terangnya lagi.


Katanya lagi, "Sebelum saya dirawat di klinik saya, seperti di RSUD, Awal Bros, selalu ada dokter pendamping. Perawat pun selalu minta pendapat dari dokter pendamping. Dan berdasarkan Undang-Undang No. 17 Tahun 2023 tentang Kesehatan pun saya pelajari, penanganan pasien cuci darah pun tidak boleh dilakukan tanpa dokter pendamping."



"Dikatakan di sana, "tidak dibolehkan klinik yang menangani cuci darah hanya dengan petugas perawat tanpa adanya dokter, terutama dokter spesialis nefrologi."   



"Bahkan setiap tenaga medis dan kesehatan wajib memiliki Surat Tanda Registrasi (STR) dan Surat Izin Praktik (SIP) sebelum menjalankan pelayanan medis," pungkasnya. 



Terkait keluhan dari ZE pasien cuci darah, dan juga dugaan adanya tindakan yang tidak sesuai dengan ketentuan dan aturan dari klinik tersebut, wartawan belum melakukan konfirmasi ke pihak klinik yang disebutkan. 



Hal ini sudah dikonfirmasi ke pihak RSUD Embung Fatimah selaku pihak yang informasinya sebagai pemberi rujukan, terkait apa yang menjadi Standar Operasional Prosedur (SOP), dan atau kriteria klinik atau rumah sakit yang harus diperhatikan, untuk dijadikan klinik/rumah sakit rujukan pasien HD. 



Pihak RSUD Embung Fatimah yang dikonfirmasi meminta, pihaknya akan melakukan dulu rapat internal sebelum memberikan keterangan kepada wartawan.(red)


Batam- Satu dari 6 taruna (AKPOL) yang lulus seleksi akadimi Polisi asal Kota Batam pengiriman Polda Kepri tahun 2025 Muhamad Febrian Purnama berhasil Lulus seleksi tingkat  nasional pada 1 Agustus 2025 lalu.


Febrian yang juga keponakan ketua organisasi wawasan hukum Nusantara Kota Batam , 

Lahir dari keluarga biasa Febrian berhasil membuktikan bahwa masuk Akpol bukan hanya anak-anak pejabat sebagainama yang isu berkembang anak dari Ira Safitri ibu dan Armia ayah Febrian adalah anak ke dua dari 3 bersaudara atas kelulusan tersebut Ignatius tokasoli,S.H Ketua DPW wawasan hukum Nusantara Kepri mengucapkan selamat.


" Selamat atas kelulusan Muhammad Febrian Purnama dalam taruna AKPOL 2025 yang juga keponakan dari ketua DPD wawasan hukum Nusantara Kota Batam bung metuo sandi ini adalah putra terbaik bangsa terutama dari Kepri kita perlu berbangga karena kedepan putra terbaik bisa mengabdi di Kepri dan tentu penegakan hukum yang berkeadilan dan bermartabat tentu kita harapkan ananda Febrian Purnama selama menjalani pendidikan di berikan kesehatan dan menoreh kan prestasi yang gemilang.


" Tentu kita berdoa agar nanti Febrian bisa sampai ketingkat jendral, keberhasilan ini tentu tak terlepas dari kerja keras semangat juang dari ananda Muhammad Febrian Purnama sendiri dan doa kedua orang dan seluruh keluarga tutup nya.


Red


Batam  -  Ribuan pekerja kebersihan dan pengangkutan sampah di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Batam, diduga menjadi korban penipuan adminstrasi (maladministrasi) dan juga teridentifikasi menjadi pihak yang dirugikan dari kebijakan yang dilakukan oleh pihak DLH Kota Batam.


Saat ini diketahui ada ratusan hingga ribuan pekerja kebersihan,  dan juga pekerja yang bekerja dibidang di transportasi pengangkutan sampah di DLH Kota Batam, yang ditengarai tidak tercatat sebagai pekerja atau tenaga kerja.


Diduga kuat ribuan pekerja tersebut justru tercatat sebagai pengusaha mandiri, tenaga skill, atau mungkin justru tercatat sebagai penjual jasa di DLH Kota Batam.


Berdasarkan hasil investigasi tim media ini dilapangan, setiap pekerja kebersihan dan juga pekerja yang bekerja dibidang transportasi pengangkutan sampah di DLH Kota Batam, wajib memiliki NIB (Nomor Induk Berusaha).


Padahal selama ini diketahui, bahwa peruntukan Nomor Induk Berusaha adalah sebagai identitas yang diterbitkan oleh pemerintah untuk setiap pelaku usaha di Indonesia.


Adapun yang diketahui selama ini, bahwa dasar atau syarat untuk mendapatkan NIB adalah sebagai berikut : 


1. Data diri pemilik usaha, seperti KTP (Kartu Tanda Penduduk) atau paspor.


2. Nama usaha yang tidak sama dengan nama usaha lain.


3. Alamat usaha yang jelas dan dapat diverifikasi.


4. Jenis usaha yang akan dijalankan.


5. Dokumen pendukung, seperti akte pendirian perusahaan (untuk perusahaan) atau surat keterangan domisili (untuk usaha mikro).


Sejauh ini belum diketahui secara pasti, apa yang menjadi nama usaha, alamat usaha, jenis usaha dari ribuan pelaku usaha mandiri di DLH Kota Batam, jika masing masing mereka tercatat sebagai pelaku usaha dan bukan sebagai pekerja. 


Kuat dugaan hal ini sengaja dilakukan untuk meniadakan apa yang semestinya menjadi hak-hak pekerja, seperti upah yang adil, jaminan sosial (BPJS Ketenagakerjaan dan BPJS Kesehatan), cuti dan liburan, hak berserikat, serta apa yang semestinya menjadi hak dasar lainnya dari seorang pekerja.


Tidak mengherankan jika upah, atau uang sebagai imbalan jasa yang diterima masing masing pihak, atau sebagai pelaku usaha mandiri di DLH Kota Batam, jauh dibawah UMK (Upah Minimun Kota) tahun 2025.


Diketahui UMK Kota Batam saat ini adalah sebesar Rp4.989.600. Sementara upah atau sebagai imbalan jasa yang diterima pekerja atau sebagai pelaku usaha mandiri di DLH Kota Batam adalah sebesar Rp3.600.000. 


Jumlah ini diketahui sudah mengalami kenaikan pada tahun 2025. Sebelumnya diketahui,  pekerja atau pelaku usaha mandiri di DLH Kota Batam hanya menerima upah atau imbalan jasa sebesar Rp3.500.000.


Tidak hanya itu, jika dengan mencatatkan masing-masing pekerja kebersihan di DLH Kota Batam bukan sebagai pekerja, melainkan sebagai pelaku usaha mandiri, maka DLH Kota Batam secara tidak langsung telah menghilangkan kewajibannya untuk membayarkan uang jaminan sosial pekerja sekitar Rp2 Milyar setiap tahunnya.


Menanggapi hal ini anggota Komisi I DPRD Kota Batam, Anwar Anas mengatakan, bahwa hal tersebut boleh dilakukan. Karena menurutnya tenaga supir dan kernet serta petugas kebersihan lainnya dapat dikategorikan sebagai pengusaha pribadi.


"Tenaga supir, kernet, dan petugas kebersihan di DLH Kota Batam, kategorinya di Negara adalah berusaha pribadi. Jadi mereka harus memiliki NIB. Karena belum sepenuhnya mereka sebagai pegawai P3K ASN," ujarnya kepada wartawan di ruang Komisi I DPRD Kota Batam, Kamis 31/07/2025.


Lebih jauh Anggota Komisi I DPRD Kota Batam dari DPRD Kota Batam dari Fraksi Gerindra tersebut juga menyampaikan, bahwa pihaknya belum sepenuhnya mendalami persoalan tersebut. 


Menurutnya hal ini juga pernah ia dipertanyakan kepada Reza Khadafy selaku Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kota Batam. 


"Karena saya pernah mendengar mengenai wajib NIB tersebut terhadap pekerja di DLH Kota Batam, maka saya juga pernah tanyakan hal ini kepada Kadis DPM PTSP Kota Batam Reza Khadafy."


"Apa yang diusahakan oleh pekerja disana? Apakah menjual rongsokan, atau apa? Jadi seperti yang saya sampaikan tadi, bahwa seingat saya Pak Kadis Reza Khadafy menyampaikan, bawah yang dijual mereka di DLH Kota Batam tersebut adalah skillnya. Jadi pengusaha mandiri namanya," ujar Anwar Anas menjelaskan.


Anggota DPRD Kota Batam yang juga mantan wartawan ini mengakui, kalau dirinya juga baru mengetahui, dengan status menjadi pengusaha mandiri, pekerja di DLH Kota Batam menjadi kehilangan apa yang menjadi hak haknya.


"Saya baru tahu kalau dengan status itu bahwa mereka akan  kehilangan apa yang menjadi hak haknya. Tapi saya belum tahu pasti apakah mereka sebagai pengusaha mandiri mendapat jaminan hari tua apa tidak?"


"Kalau mereka mendapat jaminan hari tua, bagaimana dengan gaji ke 13? Justru akan semakin aneh kalau mereka dapat. Ini menjadi  kontraproduktif," pungkasnya.


Berdasarkan informasi yang dihimpun oleh wartawan media ini dari beberapa pihak yang saat ini bekerja sebagai tenaga kebersihan,  atau sebagai pihak yang bekerja dibidang di transportasi pengangkutan sampah di DLH Kota Batam, beberapa dari mereka mengakui bahwa pihaknya selama ini mendapatkan gaji ke 13.


Dengan diberikannya gaji ke 13, dapat disimpulkan bahwa mereka yang bekerja di DLH Kota Batam adalah sebagai pekerja atau penerima upah, bukan sebagai pengusaha mandiri. 


Perihal dugaan maladministrasi yang diduga dilakukan oleh pihak DLH Kota Batam, dan dinilai merugikan pihak pekerja, sebelumnya diketahui DPD Asosiasi Kabar Online Indonesian (AKRINDO) Kepri telah melayangkan surat konfirmasi pertama pada tanggal 17 Juli 2025, dan surat konfirmasi kedua pada tanggal 30 Juli 2025. 


Namun sampai berita ini dimuat, pihak DLH Kota Batam diketahui belum membalas surat konfirmasi pertama dan kedua yang sebelumnya sudah dilayangkan oleh DPD AKRINDO Kepri. 


"Kami dari Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Asosiasi Kabar Online Indonesian (AKRINDO) Kepri, sudah dua kali melayangkan surat konfirmasi perihal dasar hukum penerbitan NIB, tujuan diterbitkannya NIB, dan juga perihal informasi tidak terdaftarnya ribuan pekerja di DLH Kota Batam sebagai peserta penerima program jaminan sosial di BPJS Ketenagakerjaan," ujar Rudi Hartono selaku Ketua harian DPD AKRINDO Kepri.


Sambungnya, "Melalui surat konfirmasi tersebut kami juga mempertanyakan jumlah sebenarnya pekerja yang ada disana. Akan tetapi sangat disayangkan, setelah dua kali kami melayangkan surat konfirmasi tertulis, kami belum mendapat balasan atau jawaban dari pihak DLH Kota Batam."


"Dengan tidak adanya balasan surat konfirmasi pertama dan kedua yang sudah kami layangkan, kami akan melayangkan surat konfirmasi ketiga beberapa waktu kedepan," ujarnya mengakhiri.


(red/tim)